Majdi As-Sayyid Ibrahim
"Artinya : Dari Ummu Salamah, dia 
berkata. 'Ummu Sulaim pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam seraya berkata. 'Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah tidak merasa 
malu dari kebenaran. Lalu apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia 
bermimpi ?. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab. 'Jika dia 
melihat air (mani)'. Lalu Ummu Salamah menutup wajahnya, dan berkata. 'Wahai 
Rasulullah, apakah wanita itu juga bisa bermimpi .? 'Beliau menjawab. 'Ya, 
bisa'. Maka sesuatu yang menyerupai dirinya adalah anaknya". (Hadits shahih, 
ditakhrij Ahmad 6/306, Al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223, At-Tirmidzi, hadits nomor 
122, An-Nasa'i 1/114, Ibnu Majah hadits nomor 600, Ad-Darimi 1/195, Al-Baihaqi 
1/168-169)
Wahai 
Ukhti Muslimah !
Diantara kebaikan ke-Islaman seorang wanita adalah jika dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para wanita mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki. Perhatikanlah firman Allah ini.
Diantara kebaikan ke-Islaman seorang wanita adalah jika dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para wanita mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki. Perhatikanlah firman Allah ini.
"Artinya : Katakanlah. Adakah sama 
orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?". 
(Az-Zumar : 9) 
Bahkan 
perhatikan pula firman Allah yang secara khusus ditujukan kepada 
Ummahatul-Mukminin, yang menganjurkan mereka agar mempelajari kandungan 
Al-Qur'an dan hadits Nabawi yang dibacakan di rumah-rumah mereka. Firman-Nya. 
"Artinya : Dan, ingatlah apa yang 
dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah". (Al-Ahzab : 34) 
Karena 
perintah Allah inilah para wanita merasakan keutamaan ilmu. Maka mereka pun 
pergi menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menuntut suatu 
majlis bagi mereka dari beliau, agar di situ mereka bisa belajar. 
Dari Abu Sa'id Al-Khudry 
Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Para wanita berkata kepada Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Kaum laki-laki telah mengalahkan kami 
atas diri engkau. Maka buatlah bagi kami dari waktu engkau'. Maka beliau 
menjanjikan suatu hari kepada mereka, yang pada saat itu beliau akan menemui 
mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang beliau 
katakan kepada mereka adalah : 'Tidaklah ada di antara kamu sekalian seorang 
wanita yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu menjadi 
penghalang dari neraka baginya'. Lalu ada seorang wanita yang bertanya. 
'Bagaimana dengan dua anak?' Maka beliau menjawab. 'Begitu pula dua anak'. 
(Diriwayatkan Al-Bukhari, 1/36 dan Muslim 16/181) 
Begitulah Islam menyeru 
agar para wanita diajari dan diberi bimbingan tentang hal-hal yang harus mereka 
biasakan, untuk kebaikan di dunia dan akhirat. 
Wahai Ukhti Muslimah 
!
Perhatikanlah di dalam wasiat Nabawi ini, bahwa Ummu Salamah datang untuk mempelajari apa-apa yang tidak diketahuinya, sehingga akhirnya dia bisa mengetahui secara komplit. Begitulah seharusnya yang dilakukan seorang wanita muslimah. Dia bisa bertanya tentang hukum-hukum agamanya. Karena yang tahu hukum-hukum tersebut diantara mereka hanya sedikit sekali. Marilah kita simak wasiat ini.
Perhatikanlah di dalam wasiat Nabawi ini, bahwa Ummu Salamah datang untuk mempelajari apa-apa yang tidak diketahuinya, sehingga akhirnya dia bisa mengetahui secara komplit. Begitulah seharusnya yang dilakukan seorang wanita muslimah. Dia bisa bertanya tentang hukum-hukum agamanya. Karena yang tahu hukum-hukum tersebut diantara mereka hanya sedikit sekali. Marilah kita simak wasiat ini.
Wahai Ukhti Muslimah 
!
Perhatikanlah bagaimana adab Ummu Sulaim yang memulai ucapannya dengan berkata. "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran". Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar. Sehingga Allah membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya sebagaimana firman-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu". (Al-Baqarah : 26)
Perhatikanlah bagaimana adab Ummu Sulaim yang memulai ucapannya dengan berkata. "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran". Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar. Sehingga Allah membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya sebagaimana firman-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu". (Al-Baqarah : 26)
Begitu pula Ummu Sulaim. 
Tidak ada halangan baginya untuk bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa 
sallam tentang apa-apa yang mestinya dia ketahui dan dia pelajari, meskipun 
mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar Ummul Mukminin, Aisyah yang 
berkata. "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Tidak ada rasa malu yang 
menghalangi mereka untuk memahami agama". (Diriwayatkan Al-Bukhari 1/44) 
Selagi engkau dikungkung 
rasa malu dan tidak mau mengetahui hukum-hukum agamamu, maka ini merupakan 
kesalahan yang amat besar, bahkan bisa berbahaya. Ada baiknya engkau membiasakan 
dirimu untuk tidak merasa malu dalam mempelajari hukum-hukum agama, baik hukum 
itu kecil maupun besar. Sebab jika seorang wanita lebih banyak dikungkung rasa 
malu, maka dia sama sekali tidak akan mengetahui sesuatu pun. Perhatikanlah 
perkataan Mujahid Rahimahullah. "Orang yang malu dan sombong tidak akan mau 
mempelajari ilmu". Seakan-akan dia menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu 
agar tidak merasa lemah dan takkabur, sebab hal itu akan mempengaruhi usaha 
mereka dalam mencari ilmu. 
Ada suatu pertanyaan dari 
Ummu Sulaim, dia bertanya. "Apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia 
bermimpi?". Maksudnya, jika dia bermimpi bahwa dia disetubuhi. Jawaban Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Jika dia melihat air". Makna jawaban 
ini, bahwa jika seorang wanita benar-benar bermimpi dan ada petunjuk atau bukti 
terjadinya hal itu, yaitu dia melihat adanya bekas air mani di pakaian, maka ini 
merupakan syarat mandinya. Namun jika dia bermimpi dan tidak melihat bekas air 
mani, maka dia tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang singkat dan padat 
ini, Ummu Salamah langsung menutupi wajahnya seraya bertanya. "Apakah wanita itu 
juga bermimpi?". 
Wahai Ukhti Muslimah 
!
Rasa herannya Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Pernah terjadi pada diri Aisyah, sementaranya ilmunya lebih komplit, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu riwayat, dia berkata. "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita akan mengalami seperti itu ?". Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi.
Rasa herannya Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Pernah terjadi pada diri Aisyah, sementaranya ilmunya lebih komplit, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu riwayat, dia berkata. "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita akan mengalami seperti itu ?". Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi.
Jika 
permasalahan-permasalahannya yang hakiki tidaklah seperti yang disangkakan bahwa 
setiap wanita bisa bermimpi. Mimpi itu hanya terjadi pada sebagian wanita, 
sedangkan yang lain tidak. Maka inilah sebab pengingkaran dan keheranan yang 
muncul dari Ummu Salamah dan Aisyah. Namun keheranan ini bisa dituntaskan oleh 
jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Na'am, taribat 
yaminuki', maksudnya : Benar, seorang wanita bisa bermimpi. Perkataan beliau 
: "Taribat yaminuki", maksudnya, dia menjadi rendah dan berada di atas 
tanah. Ini merupakan lafazh yang diucapkan saat menghardik, dan tidak 
dimaksudkan menurut zhahirnya. 
Kemudian di akhir ucapan 
beliau ada salah satu bukti nubuwah, yaitu perkataan beliau : "Sesuatu yang bisa 
menyerupai dirinya adalah anaknya". 
Wahai Ukhti Muslimah 
!
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa laki-laki dan wanita saling bersekutu dalam pembentukan janin. Sebab jenis hewan yang berkembang biak, benih datang dari pasangan laki-laki ke indung telur yang ada di dalam tubuh yang perempuan, lalu sperma yang satu bercampur dengan yang lain. Dengan pengertian, bahwa sefaro sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari yang laki-laki dan yang sefaronya lagi kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian bisa juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol daripada yang lain. Maka dari sinilah terjadi penyerupaan.
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa laki-laki dan wanita saling bersekutu dalam pembentukan janin. Sebab jenis hewan yang berkembang biak, benih datang dari pasangan laki-laki ke indung telur yang ada di dalam tubuh yang perempuan, lalu sperma yang satu bercampur dengan yang lain. Dengan pengertian, bahwa sefaro sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari yang laki-laki dan yang sefaronya lagi kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian bisa juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol daripada yang lain. Maka dari sinilah terjadi penyerupaan.
Jadi sebagaimana yang 
engkau ketahui wahai Ukhti Muslimah, seperti apapun keadaannya, tidak mungkin 
bagi jenis hewan yang berkembang biak, yakni hanya laki-laki saja yang bisa 
membuahi suatu mahluk hidup, tanpa bersekutu dengan indung telur pada jenis 
perempuan. 
Perhatikanlah bagaimana 
keindahan pengabaran Nabawi ini. Karena sejak beliau di utus sebagai rasul, jauh 
sebelum masa Aristoteles, ada kepercayaan bahwa wanita tidak mempunyai campur 
tangan dalam pembentukan dan keberadaan anak. Hanya air mani sajalah yang 
terpenting. Mereka tidak yakin bahwa air mani seorang laki-laki akan sampai ke 
rahim perempuan, lalu berkembang menjadi janin, sedikit demi sedikit janin 
membesar sehingga menjadi bayi dan akhirnya benar-benar sempurna menjadi sosok 
manusia di dalam rahim. Lalu Muhammad bin Abdullah datang mengabarkan kepada 
kita tentang apa yang bakal disibak oleh ilmu pengetahuan modern. Benar, ini 
merupakan wahyu yang diwahyukan, dan beliau sama sekali tidak berkata dari 
kemauan dirinya sendiri, tetapi beliau berkata menurut apa yang diajarkan Allah 
kepada beliau. 
Begitulah wahai Ukhti 
Muslimah apa yang bisa kita pelajari dari wasiat Nabawi ini, semoga Allah 
memberi manfaat kepada kita semua.
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar