Penyusun: Ummu Nafisah
Muroja’ah:Ustadz Jamaluddin, Lc.
Muroja’ah:Ustadz Jamaluddin, Lc.
Rindang, sebut saja demikian. Wanita yang kini sedang dalam masa 
penantian yang amat panjang. Manisnya masa-masa awal pernikahan telah ia
 rasakan, tinggal satu pelengkap kebahagiaan yang belum didapatkannya, 
yaitu kehadiran sang buah hati. Bulan demi bulan, tahun demi tahun ia 
dan suaminya jalani. Hingga usia pernikahannya memasuki tahun ke-10, 
Allah belum juga menganugerahkan buah hati pada mereka berdua. Berbagai 
upaya telah mereka tempuh, namun apa daya, Sang Penguasa Takdir belum 
berkenan mengabulkan keinginan mereka.
Satu Bentuk Cobaan
Mungkin masih banyak pasangan suami istri lain yang bernasib serupa 
seperti Rindang dan suaminya. Bertahun-tahun berkeluarga, namun belum 
juga dikaruniai momongan. Sangatlah wajar jika manusia senantiasa 
menyenangi hal-hal yang indah di dunia ini. Karena sudah menjadi tabiat 
yang ditanamkan Allah kepada manusia bahwa manusia akan cenderung 
mencintai harta, anak-anak, dan istri. Allah Ta’ala berfirman, yang 
artinya,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada 
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang 
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, 
dan sawah ladang. Inilah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi 
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali-Imran: 14)
Saudariku muslimah, setiap insan di dunia ini tak akan terlepas dari 
ujian. Dalam surat Al-Baqarah, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, 
yang artinya,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit 
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan 
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. 
Al-Baqarah: 155)
Belum mendapatkan momongan meskipun telah lama mengarungi bahtera 
rumah tangga adalah salah satu bentuk dari berbagai macam bentuk ujian 
yang Allah berikan pada manusia. Kebanyakan orang mengira, bahwa cobaan 
hanya datang dalam bentuk kesulitan saja. Mereka tidak menyadari bahwa 
melimpahnya nikmat juga merupakan ujian yang diberikan Allah. Sehingga 
banyak memang yang dapat melalui cobaan dan bersabar ketika mendapatkan 
kesulitan namun sangat sedikit yang mampu melampaui ujian berupa 
kenikmatan dunia, hal ini menjadikan manusia lalai saat kesenangan hidup
 menyapa mereka. Dalam surat Al-Anbiya ayat 35, Allah Ta’ala berfirman 
yang artinya,
“…dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan 
kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kami, kamu akan kembali.”
Juga firman Allah yang artinya,
“Adapun sebagian manusia apabila diberi ujian oleh Tuhannya yaitu
 diberi tempat yang mulia dan diberi kenikmatan kepadanya, maka ia 
berkata, ‘Tuhanku telah memuliakan aku’. Adapun apabila Tuhannya 
mengujinya dengan membatasi rezekinya, dia berkata, ‘Tuhanku telah 
menghinakan aku.’” (Qs. Al-Fajr: 15-16)
Bagimu wahai para orang tua yang belum dikarunia anak, bersabar 
adalah kunci dalam masalah ini, karena sabar adalah salah satu jalan 
datangnya pertolongan Allah. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada 
Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang 
yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153)
Hendaknya kita berbaik sangka terhadap takdir Allah. Yakinlah, bahwa 
segala sesuatu yang telah menjadi keputusan Allah pasti mengandung 
banyak hikmah meskipun kita tidak menyadarinya. Ingatlah saudariku, 
tinta takdir telah mengering. Setiap manusia telah dituliskan tentang 
nasibnya lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. 
Rezekipun telah ditetapkan, manusia tidak akan meninggal sebelum jatah 
rizki yang Allah tetapkan baginya habis.
Sebagaimana makhluk hidup yang lain, manusia membutuhkan keturunan 
untuk mewarisi dan meneruskan hidupnya. Itulah mengapa anak menjadi 
dambaan setiap keluarga. Anak bagaikan permata dalam kehidupan mereka. 
Penyejuk mata ketika keletihan menyapa, menjadi tempat berteduh ketika 
masa senja mulai tiba.
Sekian lama belum dikarunia anak, tentu akan membuat pasangan suami 
istri risau dan gelisah. Dalam kasus seperti ini, istrilah yang biasanya
 merasakan beban paling berat. Apalagi ada pandangan bahwa penyebab 
semua itu adalah dari pihak istri. Ia yang mandul dan tidak bisa 
melahirkan keturunan. Padahal bukanlah seperti itu. Bukanlah salah 
istri, karena setiap takdir Allah-lah yang telah menggariskannya. 
Lagipula, tidak selalu istri yang menjadi penyebabnya, pihak suami 
sering pula menjadi sebab belum dikaruniainya anak.
Oleh karena itu, tidak saling menyalahkan adalah jalan terbaik dalam 
menghadapi ujian ini. Hendaknya pasangan suami dan istri yang belum 
dikaruniai buah hati saling memberikan dukungan dan nasehat. Saling 
menasehati untuk bersabar atas takdir yang diberikan Allah. Dengan sikap
 seperti ini, diharapkan suami dan istri dapat saling menguatkan di 
tengah badai ujian Allah.
Jangan Lupa Berdoa dan Berusaha
Saat seorang mukmin menghadapi kesulitan dalam hidupnya, semestinya 
ia tidak berpangku tangan begitu saja tanpa berusaha. Berikhtiarlah. 
Ambillah sebab-sebab yang dapat menghilangkan kesulitan tersebut selama 
ikhtiar tersebut dibolehkan syari’at. Seperti halnya mukjizat Nabi Musa,
 tidaklah Nabi Musa serta merta dapat membelah lautan, melainkan ia 
harus mengayunkan tongkatnya terlebih dahulu. Atau seperti kisah Maryam 
ketika mengandung Nabi ‘Isa, untuk mendapatkan makanan (kurma), Allah 
tidak begitu saja menurunkan makanan tersebut dari langit, melainkan 
Maryam terlebih dahulu harus menggoyang pohon kurma.
Pasangan suami dan istri yang belum dikaruniai anak dapat berikhtiar 
dengan banyak cara, seperti berkonsultasi dengan para ahli, orang yang 
berpengalaman dalam masalah ini, meminum obat-obatan dan ramuan-ramuan, 
mengkonsumsi makanan-makanan yang dipercaya mampu meningkatkan 
kesuburan. Memperkaya pengetahuan tentang bagaimana proses terjadinya 
pembuahan dan fungsi alat reproduksipun termasuk hal yang tidak ada 
salahnya untuk dicoba.
Yang tidak boleh dilupa adalah doa, tidak selayaknya ditinggalkan. 
Seorang muslim tidak sepantasnya menyandarkan pada sebab dan usaha, 
karena semua penentu adalah Allah Sang Pencipta alam raya. Bukankah anak
 keturunan adalah bagian kecil dari alam raya? Giatlah berdoa agar Allah
 memberikan anugerah-Nya berupa anak yang mampu menyejukkan mata kita. 
Sebagaimana kisah Nabi Zakaria ‘alaihi salam yang di usia lanjut belum 
juga mendapatkan keturunan, ia berdoa:
“Ia berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan 
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan permohonanku terhadapmu, ya Rabbi, 
belum pernah tak terkabulkan. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap 
kerabatku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, 
maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera. Yang akan 
mewarisi kenabianku dan mewarisi kenabian keluarga Ya’qub; dan 
Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.’” (Qs. Maryam: 
4-6)
Satu lagi yang perlu diingat, wahai saudariku, termasuk di antara 
bentuk usaha adalah dengan memperbanyak taubat dan beristighfar, 
sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya,
“…beristighfarlah kepada Rabb-mu. Sesungguhnya Dia Maha 
Pengampun. (Jika kalian beristighfar) niscaya Dia akan menurunkan hujan 
yang lebat atas kalian, juga memberi banyak harta dan anak keturunan…”
 (Qs. Nuh: 10-12)
Bersabar
Jika sudah gigih berdoa dan berikhtiar dengan berbagai cara namun 
belum juga mendapatkan keturunan? Maka langkah selanjutnya adalah 
senantiasa bersabar atas takdir Allah. Yakinlah bahwa Allah telah 
memilihkan yang terbaik untuk kita. Jangan lupa berdoa seperti doa yang 
telah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
 kepada kita. Dalam sebuah hadits shahih diceritakan:
Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia 
mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda,
‘Tidak seorang hambapun yang tertimpa musibah lalu ia mengatakan,
إِنَّا لِلّهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللّهُمَّ أْجُرْنِيْ 
فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
“Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya
 kami kembali. Wahai Allah, berikanlah kami pahala dari musibah ini dan 
berilah ganti yang lebih baik darinya.”
Kecuali Allah akan memberikan ganjaran pahala karena musibah yang
 menimpanya dan memberikan ganti yang lebih baik.’
Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku membacanya 
sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam. Maka Allah memberikan ganti yang lebih baik dari Abu Salamah, 
yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim)
Saudariku, engkau tidak sendirian. Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria pun 
bernasib serupa, mereka dikaruniai keturunan oleh Allah ketika usia 
mereka telah lanjut. Juga Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
 orang yang paling dicintai Rasulullah, bukankah beliaupun tidak 
memiliki keturunan? Wahai muslimah, hendaknya kita mencontoh kesabaran 
mereka.
Dengan doa dan kesabaran tersebut, semoga kita mampu bertawakal 
kepada Allah. Selanjutnya dengan begitu, Allah berkenan menganugerahkan 
kepada kita kesabaran dan rasa syukur. Kita mampu menjadi orang yang 
bersyukur ketika dikaruniai anak, sementara ketika masih sulit mendapat 
anak, kita tetap bersabar dan tidak berprasangka buruk kepada Maha 
Pencipta, termasuk juga ketika mendapatkan anak yang tidak sesuai dengan
 harapan kita. Waallahu a’lam.
Maraji’:
- Bekal Menanti Si Buah Hati, Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi, Media Tarbiyah
- Majalah Nikah Vol. 3 No. 11: Agar Buah Hati Tak Sekadar Bayangan
***
Artikel www.muslimah.or.id
 
 

 
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar