Alhamdulillah, salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarga, dan sahabatnya.
Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama
mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan
dahulu?
Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih
indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.
Saudaraku, kehidupan rumah
tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda
senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan
pasangan Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga
senantiasa menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka
semakin berat dan bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat,
masyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari
kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.
Sebelum menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami
membayangkan bahwa pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya,
patuh, pandai mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran
indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Biasanya, seorang
wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang
beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Empat
pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk menikahi
seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar tentang fakta yang
terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk menjadikannya sebagai
pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini menunjukkan bahwa dibolehkan
menikahi seorang wanita dengan keempat pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya
pertimbangan agama lebih didahulukan.”
Keterangan al-Qurthubi ini
semakna dengan hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu
‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
‘Janganlah engkau
menikahi wanita hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya
yang cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau menikahinya karena harta
kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa
daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan
agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam,
tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’” (Hr. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan
sebagai hadits yang lemah)
Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh
impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?
Bila benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup
Anda, maka saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila
tidak, maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.
Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya
menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.
عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Abu Musa radhiyallahu
‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, ‘Banyak lelaki yang berhasil
menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah ada dari wanita yang berhasil
menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya,
kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya bagaikan kelebihan bubur daging [1]
dibanding makanan lainnya.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Saudaraku,
berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup
Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!
Anda tidak percaya? Silakan
Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada
istri Anda.
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Tidak pantas bagi
lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita yang beriman. Bila ia tidak
menyukai satu perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)
Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai memasak?
Tidak perlu khawatir, karena ternyata istri Anda adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai mengurus
rumah dan kurang sabar? Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik
rupawan.
Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera
besarkan hati Anda, karena ternyata istri Anda subur sehingga Anda mendapatkan
karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar
penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek
kekurangan istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan
kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang
suami yang berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam membaca kelebihan
pasangan Anda.
Dahulu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam begitu
peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah
mengisahkan,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي لَأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ
“Pada suatu hari,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha
kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah
bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab,
‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau bersumpah, engkau
berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun bila engkau sedang dirundung
amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan
Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar,
sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku
tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Demikianlah teladan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya,
sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya. Walaupun
Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka,
senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana hatinya dari
perubahan cara bersumpahnya. Luar biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang
tidak ada bandingnya.
Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Orang terbaik di antara
kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah
orang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.” (Hr.
At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali
dan meraba suasana hati pasangan Anda?
Saudaraku, tidak ada salahnya
bila sejenak Anda kembali memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan
idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran
istri idaman Anda dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Wanita itu bagaikan
tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya
patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat
bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ كَالضِّلَعُ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Tidak mungkin istrimu
kuasa bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk.
Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun
bila engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya,
(tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)
Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang wanita
pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya
tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari Anda
merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang
dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka,
bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا
“Bila engkau melihat
seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu!
Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang
engkau lihat itu.” (Hr.
At-Tirmidzi)
Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga
dengan pasangan hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak
hijau, sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.
Selamat berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah
karuniakan kepada Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.
Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk
mendambakan pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan
tinggi, penuh perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain sebagainya.
Betapa indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya
pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah demikian,
Saudariku?
Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh kriteria suami
ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud pada pasangan hidup Anda?
Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia
dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.
Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan
hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.
Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta,
maka tidak perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung jawab.
Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang
tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.
Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang
perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam urusan
luar rumah.
Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda kurang
simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan, karena ia masih
punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta. Ternyata, selama ini, suami
Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda merasakan kebahagiaan
menimang putra-putri Anda.
Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu
hal yang ada pada diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang ada
padanya. Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga bersamanya.
Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda
dapat menghancurkan segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya
hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.
Saudariku, simaklah peringatan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda dapat
menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku diberi kesempatan
untuk menengok ke dalam neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya ialah para
wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat
bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?”
Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar
terhadap jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu,
lalu ia mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu mudah berkata, ‘Aku
tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?
Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada
genggaman tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri,
sehingga suami Anda rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan
kebahagian berumah tangga kepada Anda.
Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk
Anda.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Bila seorang istri
telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian
dirinya, dan taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya,
‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka.’”(Hr.
Ahmad dan lainnya)
Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang
mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?
Kunci
Keberhasilan Rumah Tangga
Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda,
terus berusaha mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan
untuk Anda berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun
bila belum, maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada
firman Allah berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ
الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan
tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.” (Qs.
al-Baqarah: 228)
Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada
Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban
yang harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari aplikasi
ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya,
aku senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila
istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ
الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena
Allah juga telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami
mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’” (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah
Anda berdandan? Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar rumah?
Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda berdandan
untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk orang
lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling
melengkapi kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar
dalam membangun rumah tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai
penonton setia ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan
sebisa Anda untuk turut menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga
beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
كَانَ فِي مِهْنَةِ
أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan
dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di
Montclair State University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian
tentang hubungan perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia
mengelompokkan para suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua
kelompok.
Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang
membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering turut
serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.
Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering
membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering memadu
cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu kental dalam
rumah tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini
bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati membantu
pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh
istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan
keromantisan suami-istri dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan
mengalami hal yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?
Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia, dan
hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila
ada kata-kata yang kurang berkenan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Ustadz Arifin Badri, Lc., M.A.
===
catatankaki:
[1] Para ulama pensyarah hadits menjelaskan bahwa bubur daging adalah makanan paling istimewa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih-lebih bubur daging mudah pembuatannya dan selanjutnya mudah pula menelannya.
catatankaki:
[1] Para ulama pensyarah hadits menjelaskan bahwa bubur daging adalah makanan paling istimewa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih-lebih bubur daging mudah pembuatannya dan selanjutnya mudah pula menelannya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar