Hubungan suami istri akan terus berkembang dan mengakar ketika
antara keduanya berbagi cerita dan saling berbicara tentang hal-hal yang
dianggap baru. Hal ini akan menjadikan hubungan mereka lebih kuat terikat oleh
cinta kasih yang lebih dalam lagi. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh
Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam
الأرواحُ جنودٌ
مجنَّدةٌ فما تعارفَ منها ائتلفَ وما تَناكرَ منها اختَلفَ
“Ruh-ruh itu adalah
tentara-tentara yan kompak dan tersusun rapi. Beberapa ruh yan merasa cocok
akan terjali erat dan ruh yang tidak cocok satu sama lain akan saling menjauhi” ( HR Muslim 2638/159, HR Bukhari 3336)
Maka berhati-hatilah, jangan membiasakan untuk membisu antar suami
istri. Hal ini hanya aka membuat kehidupan antara keduanya terasa tegang bagai
asrama tentara. Jika seperti itu, yang ada hanyalah perintah-perintah suami dan
tunduk patuh si istri. Yang terlontar dari sang suami hanyalah kata-kata,
“Ambillah, berikanlah, makanlah, minumlah, berdirilah, duduklah, kemarilah,
pergilah, tidurlah, bengunlah, apa yang kau kenakan?” Kata-kata itu terus
terulang setiap hari hingga menjadikan kehidupan suami istri terasa dingin dan
tegang. Lalu di mana cinta itu? Di mana kasih sayang itu? Di mana perasaan
rindu itu? Di mana obrolan tentang keindahan dua bola mata, kemerduan suara,
kelembutan perasaan, dan di mana harumnya tubuh suami istri itu? Di mana pujian
untuk pakaian dan tubuh yang bersih itu? Di mana kata-kata terimakasih dan doa
saat memperoleh rezeki? Ke mana hari libur dan jalan-jalan bersama keluarga? Di
mana hari-hari indah pada waktu bulan madu dulu? Di mana tingkah laku manja
yang lucu dan menggairahkan antara suami istri itu? Gerak langkah yang bebas
dan penuh canda tawa, di manakah semua itu? Di mana obrolan tentang kepuasan
pada kehidupan sederhana yang dulu itu? Di mana rasa toleransi yang tinggi
antara engkau dan suamimu itu? Di mana rasa berkecukupan dan ridha pada sesuatu
yang pas-pasan itu? Di mana hari yang begitu indah itu, yaitu hari dimana
engkau merasa rumah kecil mungilmu itu sebagai surga yang luas karena hatimu
yang lapang dan bersih? Di mana silaturahmi keluargamu, saat kedua tangan
saling berpegangan, saling berbaik sangka, tak ada hasad dan dengki? Di mana
hari-hari yang penuh kerinduan suami terhadap istri? Karena sekarang si suami
pergi begitu saja dan bahkan tidak pulang ke rumah kecuali untuk urusan
pekerjaan.
Wahai sepasang suami istri,
bangunlah gedung yang tinggi berisi cinta dan kasih sayang agar engkau saling
berkasih rindu di dalamnya. Tapi selalu berhati-hatilah pada setan yang telah
meletakkan istana kelicikan dengan mengutus tentara-tentaranya agar
menghancurkan rumah tangga pasangan suami istri yang damai tadi. Setan-setan
pun berguman “Aku tak akan meninggalkan pasangan
suami istri ini sebelum aku berhasil memisahkan mereka berdua.” (HR Muslim 2813/67)
***
artikel muslimah.or.id
Diketik ulang dari buku Memikat Hati Suami (Judul Asli: Kaifa Tashilina ila Qalbi Zaujik?), Imad Al Hakim, Penerbit Insan Kamil
Diketik ulang dari buku Memikat Hati Suami (Judul Asli: Kaifa Tashilina ila Qalbi Zaujik?), Imad Al Hakim, Penerbit Insan Kamil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar